Hati Dewi Ayu Suratiningrum putri pengusaha sukses Cokorda Anak Agung sedang gundah gulana. Upacara pernikahannya dengan Dewa Gajayana orang kepercayaan ayahanda mendadak dibatalkan.
Pasalnya, wilayah kekuasaan Cokorda Anak Agung hendak dirampas oleh saingan bisnisnya Watu Gumalang dengan cara melakukan teror pada penduduk setempat. Dewa Gajayana diperintah menghalau para peneror, namun ia malah tewas dalam pertempuran satu lawan satu melawan Banterang Putra.
Tidak cuma harapan Dewi Ayu Suratiningrum yang pupus, kelompok Banterang Putra malah semakin merangsek menuju kediaman Cokorda Anak Agung. Semua turun tangan untuk mempertahankan diri, namun semua perlawanan sia-sia dan Cokorda Anak Agung akhirnya tewas.
Dalam keadaan genting, Agung Begawanta kakak Ayu Suratiningrum membawa sang adik kabur ke hutan. Tapi sayang, Agung Bagawanta terperosok masuk ke jurang saat mau mengejar kelinci sehingga Ayu Suratiningrum harus berjuang sendirian melanjutkan hidupnya di tengah hutan.
Tanpa disengaja, Ayu Suratiningrum bertemu dengan Banterang Putra yang hendak kembali ke Blambangan. Karena berpakaian sederhana, Ayu mengira pria itu hanya orang biasa. Dengan cepat keduanya menjadi akrab, bahkan kemudian Ayu Suratiningrum tidak menolak saat diajak ke Blambangan dan menikah disana.
Belakangan Ayu Suratiningrum bertemu Agung Bagawanta yang ternyata masih hidup, dan diberitahu bahwa Banterang Putra-lah yang telah membunuh calon suami dan ayah kandungnya. Ayu diminta untuk balas dendam, tapi ia menolak karena terlanjur mencintai Banterang Putra.
Banterang Putra mendapat kabar kalau istrinya berselingkuh dengan seorang pria. Ia langsung marah besar, dan berniat membunuh Ayu Suratiningrum tanpa mau mendengarkan penjelasan. Untungnya, Ayu Suratiningrum bisa kabur menyelematkan diri.
Ayu Suratiningrum sampai ke tepi pantai sambil terus dikejar Banterang Putra, sehingga wanita itu pasrah menyambut ajal di tangan suaminya sendiri. Mendadak muncul ombak besar yang langsung menggulung tubuh Ayu Suratiningrum, disusul oleh terciumnya bau wangi dari arah laut.
Tak berapa lama, terdengar suara Ayu Suratiningrum yang mengatakan bahwa itu sebagai bukti bahwa dirinya tidak bersalah. Banterang Putra pun menyesal, namun apa daya nasi sudah menjadi bubur.(indosiar.com/4nd/mdL)
Rabu, 03 November 2010
Legenda Banyuwangi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar